Kamis, 12 Januari 2012

Horse Race Journalism


Horse race journalism atau jurnalisme pacuan kuda adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah jurnalis politik yang meliput semua kegiatan pemilihan suatu presiden atau pemimpin suatu negara, yang menyerupai layaknya sebuah pacuan kuda karena horse race journalism ini fokus terhadap polling data, persepsi publik terhadap suatu kebijakan seorang kandidat dan hampir meliput tentang perbedaan komposisi seorang kandidat dengan kandidat yang lainnya daripada meliput tentang persamaan dari kandidat-kandidat tersebut. (www.jstor.org) “Bagi wartawan atau seorang jurnalis sendiri, horse race journalism memberikan kerangka kerja analisis tersendiri. Seekor kuda dinilai bukan oleh kecepatan absolut atau keterampilannya tetapi dinilai terhadap seberapa besar perbandingannya terhadap kecepatan kuda lain, terutama dinilai dari menang dan kalahnya kuda tersebut”.
Dalam perkembangan politik kontemporer, fokus terhadap pemilihan dan debat kebijakan yang dianggap sebagai “permainan” diantara kandidat-kandidat yang saling bersaing dan para elit telah mendominasi hampir segala aspek cakupan. Daripada mengedepankan tentang persoalan mengenai masalah pokoknya, kualifikasi calon, para jurnalisme malah justru mengedepankan masalah mengenai siapa yang berada di depan atau di belakang dalam memenangkan kampanye politik, bukan hanya itu saja para jurnalisme juga mengedepankan taktik dan strategi yang digunakan dalam mendapatkan suatu berita. Inilah yang disebut dengan "horse race journalism," (Patterson, 1977), the "game schema," (Patterson, 1993), or the "strategy frame" (Capella and Jamieson, 1997.) (www.nieman.harvard.edu) Jurnalisme pacuan kuda ini jurnalisme ras kuda hampir secara eksklusif berfokus pada yang calon atau pemain yang paling mahir mendapatkan kekuatan sementara melemahkan kesempatan peluang dari pihak lawan.
Istilah ‘jurnalisme pacuan kuda’. Yang ditonjolkan adalah persaingan antarpartai, persaingan antarcaleg, atau persaingan antarkandidat. Seperti pacuan kuda media cenderung menampilkan saling salip antar peserta pemilu untuk memenangkan pemilihan. Hari ini kita beritakan pernyataan menyerang dari kandidat A kepada kandidat B. Besoknya kita muat pernyataan serangan balik kandidat B terhadap kandidat A. Begitu seterusnya. Media seolah menjadi penyambung lidah persaingan para kandidat. Dan media pun terjebak pada jurnalisme pacuan kuda. (http://library.fes.de/)

The Rise of Horse of Journalism (Jurnalisme Pacuan Kuda)
Selama 40 tahun terkahir ini, perkembangan Horse of Jurnalism disebut sebagai “quiet revolution” oleh Patterson (1993) dalam pemberitaan pemilu di Amerika Serikat. Beliau mengadakan analisis terhadap penggunaan “game schema” (nama lain dari jurnalisme pacuan kuda) dalam peliputan berita yaitu meningkat secara drastis yang pada awalnya hanya 45% di tahun 1960 menjadi lebih dari 80% pada tahun 1992. Apabila dibandingkan dengan fokus terhadap “policy schema” yang menurun drastis dari 50% lebih pada tahun 1960 menjadi 10% pada tahun 1992. (www.nieman.harvard.edu.com)
Analisis lainnya juga menyebutkan tentang dominasi jurnalisme pacuan kuda dalam masa-masa kampanye seorang kandidat. Dalam sebuah penelitian dari kampanye presiden AS pada tahun 2000, dicatat lebih dari 70% berita di televisi mengenai jurnalisme pacuan kuda (Farnsworth dan Lichter, 2003). Mereka berlomba-lomba meliput kegiatan kampanye politik apabila diibaratkan dalam pacuan kuda para jurnalisme hanya anya sibuk meliput persiapan para joki, bagaimana persaingan antar kuda, serta jalannya pacuan kuda. Mereka mengabaikan bagaimana kehidupan mereka yang menonton tivi. Mereka hanya sibuk meliput bagaimana persaingan antar kandidat presiden, drama di balik pernyataan kandidat presiden yang saling sentil atau saling serang, hingga bagaimana tim sukses saling berdebat di televisi. (www.nieman.harvard.edu.com)
Bahkan yang terbaru,  pada lima bulan pertama di tahun 2007 berita mengenai kampanye politik yang didominasi oleh jurnalisme pacuan kuda lebih besar porsinya dibandingkan dengan berita yang mengedepankan ide-ide dan proposal kebijakan dari para calon sebesar 15% dan hanya 1% dari cerita yang terfokus pada track record atau kinerja publik masa lalu para kandidat.

Reason for Concern about Horse Race Journalism
Para ahli telah menyuarakan keprihatinan tentang beberapa dampak jurnalisme pacuan kuda. Patterson (1993, 2005) dan para ahli lainnya takut apabila para awak media terlalu fokus pada permainan politik para kandidat seperti fokus terhadap taktik dan strategi tim kampanye kandidat tanpa memberikan pemberitaan mengenai kualifikasi seorang kandidat dalam mencalonkan dirinya sebagai pemimpin negara akan mengurangi kemampuan masyarakat untuk memberi keputusan yang tepat atau memberikan hak pilihnya dalam pemilihan presiden tersebut. Frankovic (2005) serta para ahli lainnya juga memperingatkan apabila para media menggantungkan terhadap jurnalisme pacuan kuda dan pemungutan suara berpotensi merusak kepercayaan masyarakat terhadap akurasi dan validitas pemungutan suara.  (http://themoderatevoice.com)
References
Campaign Horse Race Journalism: Popular With Journalist But Failing Readers.2008.http://themoderatevoice.com/17310/campaign-horserace-journalism-popular-with-journalists-but-failing-readers/ [24 Mei 2010]
Looking Behind the Scenes of Political Coverage: A study compares national presidential press coverage with local reporting on congressional races and emerges with some unexpected findings.http://www.nieman.harvard.edu/reportsitem.aspx?id=100651 [24 Mei 2010]

0 komentar:

Posting Komentar