Kamis, 12 Januari 2012

Lingkaran Konsentris Indonesia

Sebagai negara yang telah memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1945 dan juga mendapatkan kedaulatan penuh dalam menjalankan proses politik dan mengatur segala kebijakan politik luar negerinya, Indonesia juga mengalami dinamika dalam melaksanakan politik luar negerinya baik dalam politik domestik demi keamanan dan kesejahteraan rakyat maupun dalam proses pengukuhan serta eksistensi Indonesia dalam kancah Internasional. Perlahan, hubungan politik luar negeri mulai dibentuk demi mencapai kepentingan nasionalnya, seperti kita ketahui  Indonesia yang dikenal menganut politik bebas aktif dalam mengamati permasalahan dalam dunia internasional juga dalam menjalankan kebijakan luar negerinya yang selalu berkembang disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri dan perubahan situasi yang terjadi di dunia internasional.
            Politik luar negeri Indonesia ditujukan untuk mencapai sebuah kepentingan nasional, khususnya untuk pembangunan nasional yang sesuai dengan pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar demi kesejahteraan rakyat bersama. Dalam era persaingan global sekarang ini, Indonesia juga dituntut aktif dalam mengadakan kerjasama dengan negara lain baik di tingkat bilateral, regional, maupun multilateral yang sangat penting bagi Indonesia dalam menentukan posisi dan menetapkan sikap yang tepat dan jelas demi tercapainya kepentingan nasional Indonesia. Kepentingan nasional Indonesia sendiri mencakup 5 hal, yaitu kesejahteraan, kedaulatan, keamanan, keutuhan wilayah atau integrasi, dan ideologi negara. (www.issuu.com)
            Sejak pemerintahan Orde Baru, politik luar negeri dalam mencapai kepentingan nasional menganut asas lingkaran konsentris. Lingkaran konsentris secara umum memiliki definisi yaitu, lingkaran-lingkaran yang berpusat di satu titik. Namun, yang penulis bicarakan disini adalah pengertian lingkaran konsentris dalam politik luar negeri RI, yaitu sebuah asas yang oleh Menteri Luar Negeri RI Ali Alatas yang dimaksudkan sebagai alat bantu untuk menganalisa masalah-masalah internasional dan untuk menempatkan posisi Indonesia secara tepat dalam menghadapi masalah yang konkrit. Dalam memahami asas lingkaran konsentris, ada 3 dimensi, yaitu dimensi regional, dimensi organisasional, dan organisasi fungsional. Dimensi regional adalah dimensi yang berhubungan dengan wilayah atau geografi. Sedangkan dimensi organisasional adalah dimana dimensi ini melihat Indonesia menjadi anggota internasional sebagai wahana untuk melakukan hubungan internasional. Kemudian dimensi fungsional adalah dimana dimensi yang dilihat adalah fungsi Indonesia dalam struktur internasional. Sebagai contoh dari dimensi fungsional, Indonesia dikenal sebagai negara berkembang, negara penghasil bahan mentah, negara penghasil minyak, negara maritim dengan ribuan pulau yang ada, dan sebagai negara yang menuju industry maju. Pendekatan strategis lingkaran-lingkaran konsentris tersebut menentukan perumusan kebijakan dalam pelaksanaan polugri terutama jika dikaitkan dengan isu-isu utama global. (www.issuu.com)
II  Wilayah Lingkaran Konsentris Politik Luar Negeri Indonesia
Indonesia dalam lingkaran konsentris Politik Luar Negerinya memiliki cakupan wilayah yang cukup besar. Ukuran Indonesia dalam arti penduduk dan wilayah dari  sumber-sumber alam meyakinkan para pemimpin bahwa negara ini ditakdirkan untuk memainkan peran utama dalam masalah-masalah internasional. Ketika Soekarno berkuasa, ia bersikeras agar Indonesia senantiasa dikaitkan dengan setiap masalah regional yang berhubungan dengan persepsi keamanan nasional (Suryadinata:11).
Soekarno memandang Indonesia bukan hanya sebagai negara penting di Asia Tenggara tetapi juga sebagai pemimpin di antara negara-negara Asia dan Afrika. Tidak mengherankan, melalui dorongan nasionalis, Ali Sastroamidjojo, dengan dukungan penuh dari Soekarno, Konferensi Asia  Afrika dilaksanakan di Bandung (1955). Adapun upaya-upaya Indonesia antara lain usaha Indonesia untuk mendirikan ASEAN, inisiatif yang diambil dalam mensponsori Pertemuan Informal Jakarta dalam soal isu Kamboja, keinginan untuk menjadi ketua Konferensi Gerakan Non-Blok, keputusan untuk menjadi tuan rumah peringatan ke-30 Konferensi Asia Afrika, dan pengumuman resmi oleh Menteri Luar Negeri yang baru bahwa Indonesia akan memainkan peran pemimpin dalam masalah internasional, adalah indikator-indikator dari persepsi Indonesia atas perannya dalam masalah-masalah dunia (Suryadinata:12).
Sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah lingkaran konsentris Indonesia yang paling dalam adalah negara-negara di Asia Tenggara dan Amerika sebagai wilayah lingkaran konsentris terluar dengan negara-negara Asia Afrika di antara keduanya. Maka dapat dikatakan bahwa Asia Tenggara merupakan wilayah yang paling berpengaruh terhadap politik luar negeri Indonesia. Hal ini ditandai dengan di tahun belakangan ini, program modernisasi Cina juga menarik perhatian Indonesia. Militer Indonesia mengkhawatirkan modernisasi militer Cina merupakan ancaman bagi keamanan Indonesia. Barangkali Indonesia khawatir, bahwa Cina berupaya untuk memainkan peran aktif di Asia Tenggara, khususnya di wilayah maritim Asia Tenggara, yang merupakan wilayah pengaruh Indonesia (Suryadinata:14)
III  Faktor-faktor determinan yang mempengaruhi politik luar negeri Indonesia
            Faktor-faktor determinan Politik Luar Negeri Indonesia artinya, hal-hal yang sangat mempengaruhi atau menentukan keberhasilan politik luar negeri Indonesia, antara lain seperti persepsi para pemimpin indonesia atas batas-batas wilayah, peranan Indonesia dalam masalah-masalah Internasional, dan hambatan-hambatan atas perilaku mereka yang ditentukan oleh berbagai hal yang ada di suatu negara. Namun, dalam hal ini, kami akan mengelompokkan kembali faktor-faktor tersebut diatas ke dalam beberapa kategori diantaranya.
1.      Sumber Daya
-          Sumber Daya Alam (SDA) yang meliputi kekayaan alam, posisi geografis dan jumlah penduduk. Batas-batas wilayah atau posisi geografis tentu sangat mempengaruhi kebijakan politik luar negeri yang akan diambil karena wilayah atau batas-batas teritorial suatu negara dapat dikatakan sebagai posisi dasar suatu negara dalam hal membangun strategi guna menjalankan politik luar negerinya sehingga kepentingan luar negeri biasa tercapai. Misalnya saja dengan adanya batas-batas wilayah yang jelas maka suatu negara dapat menentukan strategi guna melindungi kedaulatan negaranya misalnya saja membangun strategi ofensif dan defensif. Yang kedua sumber daya alam, Indonesia menempatkan sumber daya alam yang dimiliki sebagai salah satu faktor determinan yang mempengaruhi politik luar negerinya bagaimana tidak, faktor sumber daya alam seperti minyak yang pada kenyataannya telah memberikan sumbangan yang sangat besar pada devisa negara kenyataannya mampu menopang perekonomian Indonesia dan menjadi komoditi ekspor yang penting bagi indonesia sehingga dapat dikatakan Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam hal perminyakan di  mata internasional selain negara-negara Timur Tengah. Yang ketiga adalah faktor penduduk yang mana hal  ini juga sangat mempengaruhi politik luar negeri Indonesia. Jumlah penduduk yang sangat besar, namun dengan tingkat sumber daya manusia yang rendah membuat indonesia tidak cukup berani atau lebih tepatnya sangat berhati-hati dalam menjalankan kebijakan politik luar negerinya. (Suryadinata:14)
-          Sumber Daya Sintesis yang mana merupakan gabungan dan kemampuan indonesia dalam penguasaan IPTEK dan pengelolaan sumber daya alam.
2.      Kepemimpinan dan Birokrasi
Yang dimaksud disini adalah watak dan kualitas para pemimpin indonesia. Kualitas kepemimpinan indonesia yang baik dalam arti berwawasan luas dan memiliki pengetahuan atau kemampuan yang baik tentang bangsa Indonesia yang sangat berpengaruh terhadap penentuan arah, tujuan dan strategi Politik luar negeri Indonesia.  Sedangkan yang dimaksud dengan birokrasi adalah seperangkat personil yang duduk dalam pemerintah sebagai motor penggerak roda pemerintahan , dimana keadaan birokrasi indonesia memiliki ciri yang sangat dominan sejak zaman orde lama hingga sekarang, antara lain cara kerja birokrasi yang masih cenderung otoriter atau dapat dikatakan ‘one man show’ serta terlalu percaya pada bantuan luar negeri.
3.      Bantuan Luar Negeri
Seperti kita ketahui, sejak zaman orde baru hingga sekarang, bangsa Indoensia tidak pernah lepas dari bantuan luar negeri dalam upaya pembangunan nasional ( www.issuu.com)  
4.      Kesiapan dan Kekuatan Militer
Maksudnya adalah seberapa jauh ABRI dan TNI mempunyai kesiapan dalam hal melaksanakan fungsinya sebagai penjaga keamanan dan kedaulatan bangsa. Karena bagaimanapun, kekuatan militer sangat berpengaruh dalam hal pelaksanaan politik luar negeri suatu negara. seperti kita ketahui sekarang, jumlah personil TNI mulai dari angkatan darat, laut dan udara serta oknum kepolisian Republik indonesia sangat besar jumlahnya bahkan terbesar di ASEAN, namun pertanyaannya adalah apakah perlengkapan militer yang dimiliki Indonesia memadai dan cukup modern dibanding negara-negara lain di ASEAN seperti Singapura sehingga Indonesia mampu menjalankan kekuatan militer secara efektif dalam arena internasional guna melancarkan jalannya politik luar negerinya sehingga kepentingan nasional dapat tercapai.  Ditambah lagi dengan adanya konflik-konflik regional yang melibatkan antar suku dan agama juga kelompok-kelompok pemberontak bersenjata yang ingin melepaskan wilayahnya dari kedaulatan RI seperti OPM di Papua dan GAM di Aceh, yang mana kekuatan mereka juga dibantu oleh oknum-oknum asing yang juga menginginkan wilayah indonesia. Maka mampukah kekuatan Militer RI tetap bertahan dalam mempertahankan wilayah kedaulatan RI mengingat Kekuatan Militer merupakan faktor determinan yang sangat mempengaruhi kebijakan politik luar negerinya. (Suryadinata:16)
Kesimpulan
            Jika kita melihat apa yang telah berhasil dicapai oleh politik luar negeri Indonesia yang sudah berjalan sejauh ini, tentu kita juga akan melihat tantangan-tantangan yang muncul seiring berjalannya waktu ditambah dengan adanya arus globalisasi yang mau tidak mau tidak dapat dihindari oleh negara manapun maka Indonesia harus berjuang keras menjalankan politik luar negerinya demi tercapainya kepentingan nasionalnya, menilik faktor-faktor determinan yang sangat mempengaruhi politik luar negerinya, seperti sumber daya manusia, yang mana sumber daya manusia indonesia belum maksimal sehingga Insdonesia juga tidak bisa secara lancar menjalankan politik luar negerinya, maka indonesia harus mengembangkan konsep-konsep yang sesuai dan bisa diterima oleh negara-negara maju dalam mengatasi keterbelakangan dan hambatan-hambatan dalam pembangunan, selain itu adanya kecenderungan konflik regional yang menyebabkan terjadinya perpecahan dan perang saudara dimana disebabkan oleh perbedaan ras, etnis dan agama harus diminimalisir sebisa mungkin bahkan harus dihindari demi menjaga agar tidak ada lagi pihak luar yang menyusup diantara permasalahan tersebut serta mencoba mengacaukan pertahanan dan kedaulatan negara. Jika kita melihat peran Indonesia dalam mengatasi dan mengemban tugas mengatasi percaturan politik semakin kompleks, untuk itu hal ini menuntut kemampuan, keandalan, keterampilan, serta profesionalisme dari para aparat pelaksana hubungan dan kerjasama luar negeri.

REFERENSI  
Suryadinata, Leo, 1998. “Faktor-Faktor Determinan Politik Luar Negeri Indonesia: Mencari Penjelasan”, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, [terj.], Jakarta, LP3ES, hlm. 7-27.
Zulfikar, A. Zakaria, 2009. “Politik Luar Negeri Indonesia”.[online] dalam http://www.betaissuu.com/politik-luar-negeri-indonesia [diakses tanggal 10 oktober  2010 19:00 WIB]

0 komentar:

Posting Komentar