Kamis, 12 Januari 2012

Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955 dan Peningkatan Peran RI di Dunia


           Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika sering juga disebut Konferensi Bandung yaitu sebuah konferensi tingkat tinggi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KTT ini diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India, dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Roeslan Abdulgani. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya. (www.slideshare.net)
            Gagasan untuk menyelenggarakan konferensi Asia Afrika muncul pertama kali dalam konferensi Colombo pada tanggal 28 April – 2 Mei 1954 di Kolombo, Sri Langka. Salah satu faktor yang melatarbelakangi diselenggarakannya KAA adalah suasana meningkatnya perjuangan bangsa-bangsa terjajah untuk memperoleh kemerdekaannya pada masa pasca perang dunia II terutama untuk negara-negara di kawasan Asia-Afrika. (www.id.shvoong.com) Dan juga KAA diselenggarakan sebagai tawaran alternatif non-militer terhadap dua tokoh yang saling berseteru saat perang dingin terjadi yaitu Uni Sovyet dan Amerika Serikat. (Abdulgani, 1985;313)
Dalam Konferensi Asia Afrika itu juga dicetuskan suatu pandangan mendasar yang digunakan untuk meredakan perang dingin. Pandangan dasar itu adalah pandangan non-konfrontatif dimana pandangan tersebut mengutamakan toleransi terhadap pandangan hidup satu sama lain. Jiwa toleransi dalam artikel Abdulgani adalah jiwa “live-and-let-live.” Jiwa “hidup berdampingan secara damai.” Jiwa “peaceful co-existence,” yang mecakup prinsip saling menghargai terhadap integritas dan kedaulatan. Jiwa toleransi ini juga sudah hidup di kalangan negara-negara Asia-Afrika, baik yang komunis maupun yang non-komunis ditingkatkan menjadi Dasasila, yaitu “The Ten Bandung Principles on the Promotion of World Peace and Cooperation.” (Abdulgani, 1985;313)
Arti Strategis KAA 1955 Bagi Politik Luar Negeri RI
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 sampai dengan 24 April 1955 mencapai kesuksesan besar, baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia. Selain itu, KAA sendiri membawa dampak yang positif bagi politik luar negeri Indonesia itu sendiri. Prestise politik luar negeri Indonesia menaik, nama Indonesia di kalangan mancanegara menanjak khususnya di Benua Asia dan Afrika. Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara KAA menyelenggarakan KAA dengan baik, dapat mengatasi segala macam kesulitan, serta dapat menciptakan suasana politik sosial-budaya, keramahtamahan dan antusiasme rakyat yang sangat mengesankan para delegasi. (Abdulgani, 1985;319)
Pengaruh KAA Terhadap Situasi Internasional
Konferensi Bandung sendiri juga mengilhami negara-negara di Asia-Afrika untuk berubah. Contohnya Mesir yang dalam periode ini terjadi tindakan Mesir yang menasionalisasi Terusan Suez secara sepihak. Tindakan Mesir tersebut terjadi saat Indonesia membatalkan Perjanjian KMB secara sepihak juga. Maka dari itu, tidak berlebihan juga apabila Semangat Bandung dan politik Indonesia mengilhami Mesir untuk mempercepat dekolonisasinya dari ikatan kolonialisme Inggris dan dari modal internasional. Masalah ini dibawa oleh Inggris dan Dunia Barat ke forum Konferensi London tahun 1966 tentang Terusan  Suez. Kehadiran dan peranan Indonesia dan Konferensi London itu mencerminkan solidaritas Indonesia terhadap masalah yang dihadapi Mesir, terutama bersama-sama dengan India dan Srilangka. (Abdulgani, 1985;320) Selain itu juga, perjuangan bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk mencapai kemerdekaan semakin meningkat. Hal ini tampak dengan meningkatnya jumlah negara-negara Asia-Afrika yang merdeka setelah tahun 1955. (www.deplu.go.id)
Arti Strategis Peringatan 50 Tahun KAA Pada 2005 Bagi Politik Luar Negeri RI
Peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika dilangsungkan di Jakarta dan Bandung pada 21-24 April 2005. Peringatan itu dihadiri beberapa pemimpin negara berkembang di benua Asia dan Afrika. Agenda dari pertemuan yang disebut dengan Konferensi Asia Afrika 2005 ini adalah mereaktualisasi semangat KAA 1955. Tidak dapat dipungkiri bahwa KTT yang diselenggarakan pada tahun 1955 sangat berbeda dengan KTT yang diselenggarakan tahun 2005. Masih banyak hal yang perlu direfleksikan lebih lanjut agar tujuan KTT 1955 itu sendiri dapat tercapai dengan maksimal. Dalam peringatan 50 tahun KAA disepakati pembentukan New Asian African Strategic Partnership (NAASP). Isinya secara teknis merupakan koreksi atas KAA 1955 yang tak disertai dengan mekanisme kerja sama. Oleh sebab itu, dalam NAASP ini, prinsip-prinsip dasar kemitraan strategis akan dilengkapi dengan mekanisme kerja sama yang lebih jelas, terarah, dan terukur. Sedangkan secara politis, NAASP memuat penajaman soal tujuan, sasaran, dan substansi kerja sama yang mencakup aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Melalui NAASP ini, diharapkan beberapa masalah seperti penghapusan utang dan kemiskinan, peningkatan pasar dan investasi, serta minimalisasi dampak negatif globalisasi bisa dituntaskan bersama. Sehingga akan lahir Asia dan Afrika baru. (www.gatra.com) Selain itu pula, arti penting pelaksanaan peringatan 50 tahun KAA bagi Indonesia adalah meningkatkan kepeloporan RI di dunia internasional karena untuk maju maka Indonesia perlu memainkan kepeloporan itu. Selain menjadi tanggung jawab bersama untuk menciptakan kawasan Asia Afrika yang lebih baik. (www.suarapembaruan.com)
Kesimpulan
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung mencapai kesuksesan besar, baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia. Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara KAA menyelenggarakan KAA dengan baik, dapat mengatasi segala macam kesulitan, serta dapat menciotakan suasana politik sosial-budaya, keramahtamahan dan antusiasme rakyat yang sangat mengesankan para delegasi. Semangat Bandung dan politik Indonesia mengilhami Mesir untuk mempercepat dekolonisasinya dari ikatan kolonialisme Inggris dan dari modal internasional. arti penting pelaksanaan peringatan 50 tahun KAA bagi Indonesia adalah meningkatkan kepeloporan RI di dunia internasional karena untuk maju maka Indonesia perlu memainkan kepeloporan itu. Selain menjadi tanggung jawab bersama untuk menciptakan kawasan Asia Afrika yang lebih baik.

Reference
Abdulgani, Roeslan.1981.“Sekitar Konferensi Asia-Afrika dan Maknanya Bagi Politik Luar Negeri Indonesia”, Analisa, 4, hlm. 311-328
Mengobarkan Ulang Spirit Bandung.http://www.gatra.com/2005-04-18/versi_cetak.php?id=83491 [2 Oktober 2010]
Museum Konferensi Asia Afrika.http://www.deplu.go.id/Pages/HistoricalBuilding.aspx?IDP=3&l=id [2 Oktober 2010]
Konferensi ASIA AFRIKA , BANDUNG 1955.http://id.shvoong.com/social-sciences/2009627-konferensi-asia-afrika-bandung-1955/ [2 Oktober 2010]
Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika.http://www.slideshare.net/omcivics/konferensi-tingkat-tinggi-asia-afrika [2 Oktober 2010]
Semangat KAA Masih Relevan.http://www.suarapembaruan.com/News/2005/03/16/Internas/int01.htm [2 Oktober 2010]

0 komentar:

Posting Komentar