Oran R. Young dalam artikelnya yang berjudul Regime Dynamics: the Rise and Fall of International Regimes, mendefinisikan rezim sebagai institusi sosial yang mengatur tindakan aktor-aktor yang tertarik membahas isu isu ataupun kegiatan dalam lingkup yang spesifik. Seperti dalam institusi sosial yang lainnya, aktor-aktor yang ikut berpartisipasi dalam rezim juga mengakui adanya kesepakatan tingkah laku (behavior) untuk mempermudah dalam pencapaian sebuah kesepakatan bersama. Rezim adalah struktur sosial dimana harus dibedakan dengan fungsi walaupun dalam pengaplikasiannya, rezim sering memberikan kontribusi dalam pemenuhan fungsi-fungsi tertentu. Dan rezim tidak disertai dengan aturan-aturan organisasi yang eksplisit. (Young dalam Krasner, 1983; 93)
Rezim internasional merupakan institusi sosial yang memiliki keterkaitan dengan aktivitas dari kepentingan aktor-aktornya dalam tatanan internasional. Aktor-aktor yang berpartisipasi dalam rezim internasional adalah sovereign states (negara berdaulat). Namun, pada kenyataannya, aktor-aktor yang lebih banyak berkontribusi dalam rezim internasional adalah aktor swasta, seperti, bank, fishing companies, private airlines company, dll. Rezim internasional dalam artikel ini juga dijelaskan sebagai institusi sosial yang kompleks. Seperti institusi sosial yang lainnya, rezim internasional selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu (dinamis). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui siklus hidup dari rezim internasional itu sendiri. Young dalam Krasner, 1983; 94)
Rezim internasional sendiri bisa dibedakan dari broader field of international relations dan diidentifikasikan secara empiris melalui analisis dari ketentuan sosial. Dalam artikel ini, dijelaskan bahwa rezim adalah human artifacts, dimana rezim selalu berkaitan dengan perilaku individu maupun sekelompok orang dalam suatu kelompok tertentu. Dengan kata lain, rezim selalu berada dalam sistem sosial, serta ada untuk mempermudah dalam memperbaharui social engineering. (Young dalam Krasner, 1983; 94)
Young membagi rezim internasional menjadi tiga kategori, yaitu
- Spontaneous Orders. “The product of the action of many men … but not the result of human design.” (Young, 1982; 98) Dicirikan dengan tidak melibatkan kesadaran koordinasi antar pihak-pihak terkait, tidak diperlukan adanya kesepakatan eksplisit antar aktor, tidak memerlukan adanya biaya yang tinggi dalam melakukan transaksi antar pihak (high transaction costs), tidak memerlukan persyaratan yang prosedural, serta para pihak yang terkait tidak perlu khawatir perihal posisi mereka dalam rezim. (Young dalam Krasner, 1983; 104)
- Negotiated Orders ditandai dengan adanya upaya untuk menyetujui ketentuan-ketentuan utama yang telah mereka sepakati bersama. (Young, 1982; 99) Melibatkan kesadaran koordinasi antar pihak-pihak yang terkait dan menghasilkan formal expression. Rezim ini sendiri relatif sering muncul dalam level internasional. Diperlukan adanya kesepakatan eksplisit, memerlukan adanya biaya yang tinggi dalam melakukan transaksi antar pihak (high transaction costs), serta adanya pembatasan terhadap kebebasan dari pihak-pihak yang terlibat dalam rezim ini. (Young dalam Krasner, 1983; 104)
- Imposed Orders berbeda dengan spontaneous orders dalam hal pengertian dimana dalam rezim ini dikendalikan oleh kekuatan dominan. Namun, memiliki persamaan dengan spontaneous order dalam hal tidak diperlukan adanya kesepakatan eksplisit antar aktor terutama dari subordinate actor, serta bekerja secara efektif karena tidak membutuhkan suatu formalitas dalam proses pengaplikasiannya. Dengan kata lain, imposed orders adalah suatu rezim yang sengaja dibentuk oleh kekuatan dominan yang berhasil mendapatkan pihak lain untuk memenuhi persyaratan yang disyaratkan oleh rezim ini melalui kombinasi dari koersi, cooptation, dan manipulasi insentif. (Young dalam Krasner, 1983; 104)
Rezim internasional itu tidak bersifat statis meskipun sering diartikulasikan dalam sistem internasion, namun bersifat dinamis dan mengalami transformasi secara terus-menerus dalam menghadapi dinamika yang terjadi di dalam tubuh rezim itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam pandangan politik, ekonomi, dan lingkungan sosial. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rezim itu bertransformasi, diantaranya adalah internal contradictions yang membuat suatu rezim akhirnya mengarah pada suatu kegagalan dan memicu untuk membuat sebuah perubahan yang besar dalam tubuh rezim itu sendiri. (Young dalam Krasner, 1983; 107) Tipe yang kedua adalah underlying structure of power dimana adanya restrukturisasi dalam rezim tidak pernah benar-benar netral, maksudnya adalah meskipun ada restrukturasi kepemimpinan maupun cara-cara menyalurkan kekuasan selalu akan timbul kekuasaan dominasi lainnya yang akan terus membuat rezim itu bertransformasi. (Young dalam Krasner, 1983; 108) Dan yang ketiga adanya tenaga dari luar dalam rezim itu sendiri yang membuat suatu rezim bertransformasi. (Young dalam Krasner, 1983; 110)
Kesimpulan
dari review mengenai dinamika rezim internasional: kemunculan dan kejatuhan rezim, dapat disimpulkan bahwa rezim sebagai institusi sosial yang mengatur tindakan aktor-aktor yang tertarik membahas isu isu ataupun kegiatan dalam lingkup yang spesifik. Seperti dalam institusi sosial yang lainnya, aktor-aktor yang ikut berpartisipasi dalam rezim juga mengakui adanya kesepakatan tingkah laku (behavior) untuk mempermudah dalam pencapaian sebuah kesepakatan bersama. Aktor-aktor yang berpartisipasi dalam rezim internasional adalah sovereign states (negara berdaulat). Namun, pada kenyataannya, aktor-aktor yang lebih banyak berkontribusi dalam rezim internasional adalah aktor swasta, seperti, bank, fishing companies, private airlines company, dll. Rezim adalah human artifacts, dimana rezim selalu berkaitan dengan perilaku individu maupun sekelompok orang dalam suatu kelompok tertentu. Rezim internasional itu tidak bersifat statis meskipun sering diartikulasikan dalam sistem internasion, namun bersifat dinamis dan mengalami transformasi secara terus-menerus dalam menghadapi dinamika yang terjadi di dalam tubuh rezim itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam pandangan politik, ekonomi, dan lingkungan sosial. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rezim itu bertransformasi, diantaranya adalah internal contradictions, underlying structure of power, dan yang ketiga adanya tenaga dari luar (exogenous force).
Daftar Pustaka
Young, Oran.R.1983. International Regimes: Lessons From Inductive Analysis’”, dalam Krasner, Stephen (ed), International Regimes, London: Cornel University Press, pp. 93-113
0 komentar:
Posting Komentar